
Bencana alam di Palu dan Sigi terjadi pada tahun 2018 dan meliputi tiga bencana alam besar yaitu gempa bumi, tsunami dan likuifaksi. Bencana tersebut mengakibatkan kerugian ekonomi dan menyebabkan banyaknya korban yang meninggal, luka-luka bahkan menjadi cacat. Banyak korban yang menjadi cacat atau difabel baru akibat fraktur, ataupun menderita spinal cord injury. Menjadi difabel sejak lahir sangat berbeda dengan menjadi difabel saat dewasa. Sulit bagi mereka untuk menerima kondisinya saat ini dan membutuhkan banyak adaptasi misalnya adaptasi ekonomi, adaptasi sosial, adaptasi penggunaan alat bantu, adaptasi peran dan adaptasi lainnya.
Hingga saat ini, sebagian korban tersebut sudah bangkit kembali dan melakukan aktivitas kembali seperti kembali bersekolah, bekerja dan mengakses layanan umum tetapi sebagian juga korban-korban tersebut belum bisa bangkit dan terus terpuruk. Oleh sebab itu itu, salah satu dosen dari STIK Stella Maris yaitu Wirmando tertarik untuk ke lokasi tersebut untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat kepada korban-korban yang menjadi difabel akibat bencana tersebut. Wirmando mengeksplorasi bagaimana mereka dapat bangkit kembali dan mencapai resiliiensi serta melakukan pendekatan-pendekatan psikologi kepada mereka yang belum resiliens agar mereka dapat bangkit kembali dan mencapai resiliensi.
Kegiatan penelitian dan pengabdian rutin dilakukan oleh setiap dosen di STIK Stella Maris. Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan dana hibah penelitian tahun 2020 dari kementerian pendidikan dan kebudayaan. kegiatan ini dilakukan pada 18 Agustus 2021-29 Agustus 2021. Kegiatan ini diawali dengan mengunjungi lima orang korban yang menjadi difabel di hunian sementara kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi rumah singgah solidaritas difabel berkarya. Harapannya kegiatan ini agar dapat rutin dilakukan untuk membantu mereka yang membutuhkan kehadiran kita.